KRESEK, KRESEK, KUTHUK, KLUTHUK, DUG. AAAAAH...... AKU SEBEEEl!!! aku harus nulis apa buat tugas mengarang cerpen bahasa Indonesia? Cerita sedih, kenangan manis atau kisah serem yaaaa...
Ingatanku berputar kembali pada saat pagi hari sebelum berangkat sekolah.
BREEEMMMM, BREEEEMMMMM
"Ariiin...! ayo cepet...! nanti telat ke sekolah." teriak ibuku di depan rumah
"Nggih(ya)..." Sepatuku belum kutali, kerudungku miring tak karuan. Aku langsung berlari ke halaman, menyambut ibuku yang sudah siap dengan jacket dan kerudung lebarnya di atas yamaha mio yang kami beli 3 tahun lalu.
Kulirik jam tanganku, jam 5.39! Waaaah telat!!!
WHUSSZZ......BRRRRRR, angin pagi terasa makin dingin. Ibuku memacu mio 70 km/jam menempuh 5 kilometer perjalanan dari rumahku ke bangjo Kartasura dalam 3 menit saja. Bis telah menunggu. Aku cium tangan ibu dan beri salam, lalu naik bis dengan terburu-buru. Alhamdulillah tidak ketinggalan.
Pelajaran di sekolah berlangsung seperti biasa. Aku pulang ke rumah seperti biasa. Namun, tak seperti biasanya ibuku menyambut kepulanganku di ruang tamu. Ada apa ini? sebelum aku bertanya ibu sudah mulai duluan.
"Na, sepulang ibu ngantar kamu ke Kartasura tadi, ibu kaget, ada bendera merah di ujung gang. Kau tau siapa yang meninggal?"
Aku penasaran "Siapa?"
"Mbah Dawam putri" kata ibuku.
"Haaa.. Innalillahi....kok mboten (bukan) mbah Dawam kakung. Kan lebih tua yang kakung?" tanyaku.
"Ngawur, itu kan takdir . Apa yang tua harus mati dulu?" tanya ibu.
Aku menjawab "Ya bukan gitu, tapi kasihan mbah Dawam kakung sudah 90an, kurus, bungkuk, malah ditinggal duluan. Eh, tapi bersukur juga ditinggal duluan jadi mbah Dawam kakung tidak perlu angkat-angkat kayu bakar, panci besar, dandang, ceret, dan memasak buat jualan mbah Dawam putri."
"Nah, kan ada hikmahnya juga" kata ibu.
"Sana ganti baju, kecut. Ada kakap goreng masih didapur, ambil, langsung maem(makan)" perintah ibuku.
"Yaaaa..." Bayangan mbah Dawam putri sekilas tergantikan oleh kakap goreng yang gurih. Akupun segera makan hingga kenyang.
Tiba-tiba aktifitasku menjelajah masa lalu buyar. Aku terganggu oleh dengung lagu D'MASIV 'Merindukanmu', yang berkumandang dari tape tetangga, akupun ikut bergumam menyanyikannya.
"Aku ingin engkau selalu ada...aku ingin engkau, aku kenang..."
HHHH ...... Aku jadi kangen bubur yang dijual mbah Dawam putri. Meski cuma nenek penjual bubur tapi tak ada yang bisa menandingi kelezatan buburnya, gurih, putih, anget, dan pedes.
"Aku ingin engkau selalu ada...aku ingin bubur, aku lapar..."
He he he...Kok malah melamun. Kapan aku buat cerpen?
No comments:
Post a Comment
comments here!