11/11/2011

memo

In memoriam, Ibu Rahmi Prih Utami.
Guru sejarah kelas satu dan tiga yang cantik banget,
yang sepatu merah marunnya sekempling sepatu ibuku tiap baruaja kusemir sampe pegel,
yang murah senyum, tapi agak pelit kalo urusan nilai,
yang selalu punya sorot mata teduh, ayem, and somehow full of sincere. Or it’s just my opinion?

Aku bahkan masih ingat baju apa yang beliau kenakan hari Kamis tanggal 3 november lalu pas beliau masih ngajar kami. Atasan coklat susu-krem lembut yang entah itu bahannya sutra atau satin, plus jilbab krem dengan bordir bunga warna-warni di belakangnya. Entah kenapa aku selalu suka melihat ibu-ibu dengan rancangan jilbab-atasan-rok yang longgar tapi pas di badan. Looks so eyecatching and beautiful~

Stop nglanturnya riin!

Beliau wafat hari ini, kamis 10 november 2011. Setelah operasi angkat Rahim yang telah dilaksanakan sekitar sehari dua hari sebelumnya dinyatakan sukses, keadaannya mulai membaik. Sayang setelahnya kritis dan masuk ICU. And then it just happened.

Banyak yang meragukan berita wafatnya beliau. Selain beritanya hanya lewat sms berantai yang tak jelas kapan takziyahnya, hal ini memang tak pernah diduga sebelumnya. Beliau masih ngajar murid-muridnya seperti biasa sebelum masuk rumah sakit!

Kalau kata tetanggaku dan hampir semua orang lainnya, itulah nasib. Itulah takdir. Itu sudah kehendak dari Yang Tak Bernyawa. We can do nothing. Even when we’ve tried everything we can. Garis finishnya pasti sama.

Yang membuatku lebih berpikir dan lebih sedih adalah, perasaan anaknya yang masih seumuran denganku. Teman lama di SMP, namanya Inggita. Anaknya mungil, putih, cantik. Persis seperti ibunya. And I do liked her name from the first time I knew her. Inggita, Inggita, Inggita. Namanya bagus ^^

Aku belajar satu hal lagi dari peristiwa ini, yaitu bahwa Allah teramat sangat menyayangi aku dan keluargaku dengan masih mengijinkan kami hidup dengan sosok ibu di samping kami.

Ibu juga menjalani operasi angkat Rahim karena kista yang parah saat aku kelas 1 SMA *atau 3 SMP? Ah Lupaa*. Aku masih ingat ibuku sudah hampir satu setengah tahun mengalami pendarahan, tapi nekat tak mau operasi. Sedangkan Bu Rahmi?
Aku masih ingat jadwal menunggui ibu adalah saat bulan ramadhan, dan itu masih hari sekolah. Aku masih ingat hari-hari sibuk dimana sepulang sekolah aku harus segera mengurus adik paling kecil, dan sorenya ke PKU menjaga ibu. Sampai pagi datang aku baru pulang dan masih harus sekolah lagi. Hari-hari tanpa ibu adalah beraat T_T apalagi pas puasa.

Semoga Inggita dan keluarganya tetap kuat menghadapi hari-hari setelah kepergian beliau.
Semoga Allah menempatkan Bu Rahmi -guruku yang cantik, guruku yang baik- di tempat yang layak. *Aku masih tak rela beliau pergi secepat ini.*

Aamiin,

8 comments:

  1. aku ingat... "status quo" adalah hal terakhir yang ditanyakannya kepadaku..

    aku ingat... waktu lembar jawaban midtestku dibagiin, dan bliau nampilin kunci lewat proyektor, aku ngerasa beliau udah baik banget coz banyak jawabanku yang menurutku belum sempurna tapi dikasih nilai sempurna

    aku ingat... waktu bliau ngawas di ruang kita, beliau dengan senyum ramahnya memberi tahu ku berapa nilai sejarahku.. dan saat itu sebenarnya aku juga merasa heran. Karena, seperti anggapanmu, aku awalnya juga mengira nilai dari bliau itu mahal...

    hmph...

    ReplyDelete
  2. JAZAKALLAHU KHAIRAN,
    atas tulisannnya, doakan semoga keluarga yang ditingglakan Ikhlas, Sabar, Tawakal, dan Kuat menerima cobaan ini...

    ReplyDelete
  3. my sister in law is the best sister.Teringat kala 15 hari terakhir mbak dirimu memberi uang 5o rb buat ponaanmu,katanya sukuran sertifikasi turun,10 hari terakhir dolan kerumah bersama bude nunung,kita masih ngobrol bareng,BEBERAPA HARI SEBELUM BAKSOS di meja guru saat disela-sela jam kosong curhat bersama, saat 5 hari terakhir kala kamu berpamitan mau baksos,biasanya salaman BIASA(terkadang cium pipi kanan kiri )tapi hari itu kau peluk dengan pelukan sayang bagaikan pelukan ibu terhadap anaknya yang mau ditinggal pergi.saat itu tak ada firasat apapun hanya ada rasa aneh pada tatapan matamu yang saat itu tak bisa kutafsirkan hingga malam menjelang operasipun saat keluarga besar pujiharto menunggumu, kita masih bercakap-cakap.....hingga berita lewat HPku bunyi di parkiran UNS kala aku selesai ujian PLPG.......seluruh badanku lemas,deprok diparkiran,bagai tak percaya...kakak iparku sayang INNALILLAHI WA INNALILLAHI ROJIUN......ku kehilangan sosok kakak yang baik,penasehat yang santun,ngemong sedulur,netral....bude yang baik dimata Bella, Hendra, Aprilla.Mereka sayang kamu bude. Semoga Khusnul Khotimah.Pak de Budi n anak2nya Tabah dan bisa menatap masa depan dengan ikhlas ,tabah,sabar YA ALLAH HADIRKAN DALAM DIRI KAMI SIFAT IBRAHIM AGAR KAMI TABAH,SIFAT ISMAIL AGAR KAMI PATUH,SIFAT SITI HAJAR AGAR KAMI SABAR...DAN SELALU MENSYUKURI SELURUH NIKMATMU DAN KUAT DALAM MENJALANKAN COBAANMU. tRIMAKASIH PADA SEMUANYA YANG TAKZIYAH SEMOGA ALLAH MEMBERKAHI KITA SEMUA from YOUR sister in law ,english teacher at XI IPS SMA AL ISLAM 1. SKA.

    ReplyDelete
  4. aamiin,,,


    thanks to mrs. Nurul, ^^

    ReplyDelete
  5. ini aku inggita :))
    sebenere ibu udah lama kok pendarahannya, udah 2 tahun yg lalu :(
    makasih ya buat memonya :)

    ReplyDelete
  6. hloh? kok jadi inggita? bingung :o

    iya sama2,
    maaf kalo banyak yg salah :)

    ReplyDelete
  7. bukan, maksudnya yg komentar terakhir itu akuuuu (inggita)

    ReplyDelete

comments here!